Meneguhkan Sikap Beriman Terhadap Allah

Publish

10 May 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
16
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Meneguhkan Sikap Beriman Terhadap Allah

Oleh: Dr. Masud HMN, Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta

Ada yang meresahkan kita, yaitu sikap politik yang semakin menjauhkan diri dari iman kepada Allah. Fenomena ini berisiko dan berbahaya, perlu diwaspadai.

Semestinya, dalam segala aspek kehidupan, baik politik maupun yang lainnya, kita harus mengedepankan iman kepada Allah. Iman yang bukan hanya di mulut, tetapi juga di hati, yang dapat membedakan antara kawan dan musuh.

Seperti ungkapan yang populer dalam dunia politik: "Tiada teman yang abadi, dan tiada pula musuh yang abadi." Artinya, musuh dan sahabat bisa saling bertukar peran. Di dunia politik, sulit menentukan siapa kawan dan siapa lawan. Hari ini seseorang bisa menjadi kawan, tetapi besok dia bisa berubah menjadi lawan. Sehingga ada yang merumuskan bahwa kawan adalah mereka yang memiliki kepentingan yang sama dengan kita. Sementara yang lain, entah itu keluarga atau teman sejawat, bisa menjadi lawan.

Tidak ada janji yang bisa dipercaya, bahkan dari sahabat sendiri. Dunia politik memang pelik. Tidak ada seorang pun yang benar-benar bisa dipercaya.

Hal ini bisa dilihat dalam dinamika politik kita saat ini. Contohnya, Yahya Muhaimin yang pernah mendukung Anies Baswedan saat sama-sama memiliki kepentingan yang sejalan. Namun, sekarang mereka berbeda karena target dan maksud yang tidak lagi sama. Seperti pepatah Melayu, "Sekali banjir datang, tepian pun berubah."

Meski demikian, ada petunjuk dari agama yang bisa menjadi pedoman. Kita bisa kembali ke prinsip politik yang selaras dengan ajaran agama, untuk menghindari fenomena dunia politik yang penuh ketidakpastian ini.

Mari kita lihat firman Allah dalam surat Fussilat ayat 33, yang artinya:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (Muslim).'”

Dalam ayat ini, ada penekanan pada pentingnya menjadi seorang Muslim yang baik dan berkata dengan benar. Berpolitik sebagai Muslim berarti berkata jujur dan bersungguh-sungguh, serta menghindari kecurangan dan menebarkan kebaikan.

Tugas kita adalah keluar dari politik yang hanya berorientasi pada kepentingan dunia semata. Bagi seorang Muslim, politik dunia dan akhirat lebih baik. Inilah politik masa depan yang berkemajuan dan menyelamatkan.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Bersyukur dan Bangga ber-Tapak Suci, Renungan Milad ke-61 Tahun Oleh: Suprapto, S.H, M.M, P. Ka, Ke....

Suara Muhammadiyah

31 July 2024

Wawasan

Gerakan IMM dalam Lintasan Peradaban (1) Oleh: Hilma Fanniar Rohman, Dosen Perbankan Syariah, Unive....

Suara Muhammadiyah

8 May 2024

Wawasan

Panduan Hidup Sehat dalam Al-Qur’an Oleh: Suko Wahyudi Al-Qur’an adalah kitab suci ter....

Suara Muhammadiyah

26 March 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Al-Qur`an diturunkan secara ber....

Suara Muhammadiyah

12 April 2024

Wawasan

Menikmati (tanpa) Memiliki Oleh: Ahsan Jamet Hamidi, Ketua PRM Legoso, Wakil Sekretaris LPCRPM....

Suara Muhammadiyah

19 June 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah