Guru Profesi Mulia Lintas Zaman

Publish

23 November 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
3
Doc. SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta

Doc. SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta

Oleh: Amalia Irfani

Berbanggalah para guru dipenjuru ibu Pertiwi, profesi yang dipilih sebagai ruang pengabdian dan mengais rezeki dijadikan sebagai salah satu momen istimewa, diperingati secara nasional setiap tahun. Peringatan hari guru nasional ditetapkan oleh Presiden Soeharto tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994. 

Jika ditelaah mendalam mengapa ditetapkannya hari guru nasional, maka siapapun setuju bahwa guru atau pendidik adalah penjaga generasi. Pendidik sampai kapanpun  menjadi profesi mulia  sarat kebaikan. Profesi penuh tantangan, akan dipuji karena kesabaran dan pengabdiannya, sebaliknya dicaci jika dianggap terlalu keras, otoriter dan dinilai tidak profesional. Kita bandingkan cara guru mengajar zaman dulu dan sekarang. Guru dulu cenderung keras dan terkategori kasar dibandingkan pola mengajar guru sekarang, namun justru menjadikan banyak anak bangsa kuat, tangguh, pekerja keras dan sangat menghargai setiap proses perjuangan dengan afirmasi semangat. Murid-murid  tersebut kebanyakan menjadi generasi emas, sukses dan dapat memberi kemanfaatan bagi umat  dan bangsa.

Berbeda jika kita bandingkan dengan keadaan sekarang, guru tidak diperkenankan mengajar dengan pola yang dapat mengundang kekerasan fisik dan verbal, hingga pada akhirnya saat guru menghukum anak didiknya karena enggan melaksanakan shalat pun dianggap kekerasan. Padahal peran sejati seorang guru tidak hanya transfer ilmu pengetahuan, tetapi memberikan pemahaman agama melalui berbagai nasehat, mengajarkan kesantunan hingga memunculkan empati terhadap sesama.  Sehingga aneh jika ada guru yang tidak peduli dengan hasil akhir pembelajaran atau tidak risih melihat jika muridnya malas beribadah. Tetapi lebih aneh lagi seandainya ada orang tua yang marah jika anaknya diajak melaksanakan ibadah. Al-adab qabla al-‘ilmi, adab sebelum ilmu seperti ungkap  Imam Malik. Diksi bermakna dalam, seorang murid tidak akan memperoleh ilmu bermanfaat jika tidak menghormati  ilmu, ahli ilmu, dan para guru, dan tidak bermakna ilmu setinggi apapun jika seseorang tersebut memiliki perangai kurang baik atau tidak jujur. 

Guru Berkelas bukan hanya dikelas

Menjadi pendidik mungkin terkesan profesi biasa saja sebab dapat dilakonkan oleh semua lulusan sarjana. Tapi pernahkah sebagai orang tua kita melihat bagaimana para guru mendidik anak kita. Mereka memberikan perhatian, kasih sayang, pemahaman dengan sabar sebagai strategi transfer ilmu. Dengan segala kelebihan dan kekurangan sebagai insan, pendidik dituntut profesional dengan tidak menunjukkan kesedihan atau kesenangan berlebihan, walaupun mereka banyak yang belum digaji standar UMR.

Atau pernahkah kita sebagai mantan murid dari jenjang sekolah dasar hingga  perguruan tinggi merasakan ketulusan seorang guru ?, yang mampu merubah  pandangan banyak kepala  arti hidup dan ketulusan ?. Karena kesabaran yang tidak biasa banyak anak bangsa tercerdaskan, dewasa melewati proses kehidupan dan akhirnya membuat mereka sukses meniti karir. Dengan kata lain, ungkapan jika guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa menjadi sangat pantas tersemat. Sebuah peribahasa  menggambarkan betapa pentingnya peran guru, Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari, guru akan digugu dan ditiru adalah gambaran betapa fundamental sosok guru bagi kelangsungan peradaban. 

Walau tidak semua guru mampu mendidik diluar kelas (diluar sekolah), faktanya banyak pula guru atau pendidik yang melihat progres kemajuan belajar anak yang ia didik sebagai bagian pengabdian serta evaluasi perbaikan dalam mengajar. Guru tersebut tiada jenuh memberikan doa dan pengharapan agar kesuksesan diraih oleh anak-anak didiknya, saat bersua pun ia tidak lupa untuk selalu memotivasi, menyemangati. Gurat kebahagiaan terpancar saat ia menemukan murid yg pernah ia didik sukses dengan tetap menjaga adab. Kiai Ahmad Dahlan berpesan, jadilah guru sekaligus murid. Ini menandakan guru pun harus terus mencerdaskan diri, dengan banyak belajar dan mengevaluasi diri agar tetap dapat memberi kemanfaatan. 

Amalia Irfani, Kandidat Doktor Sosiologi UMM


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh:  Muhammad Helmi Nurrohman Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dalam mewujudkan pen....

Suara Muhammadiyah

21 December 2023

Wawasan

Amal Shalih Sebagai Bekal Akhirat  Oleh: Suko Wahyudi, PRM Timuran Yogyakarta Dalam kehidupan....

Suara Muhammadiyah

31 December 2024

Wawasan

Beridul Fitri untuk Menjadi Muslim yang Lebih Baik Oleh: Mohammad Fakhrudin Idul Fitri satu ra....

Suara Muhammadiyah

8 April 2024

Wawasan

Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Mengapa pacaran tidak dibenarkan dala....

Suara Muhammadiyah

29 January 2024

Wawasan

Usia Aisyah & Bani Quraizhah: Sebuah Kajian Ulang Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Buda....

Suara Muhammadiyah

8 January 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah